1.
Pengertian
Kearifan Lokal
Kearifan adalah seperangkat pengetahuan
yang dikembangkan oleh suatu kelompok masyarakat setempat (komunitas) yang
terhimpun dari pengalaman panjang menggeluti alam dalam ikatan hubungan yang
saling menguntungkan kedua belah pihak (manusia dan lingkungan) secara
berkelanjutan dan dengan dengan ritme harmonis. Secara umum local wisdom
(kearifan/kebijaksanaan) dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan setempat
(local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam
dan diikuti oleh anggota masyarakat.
Karifan dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Kearifan
lokal adalah merupakan suatu gagasan konseptual yang
hidup dalam masyarakat, tumbuh dan berkembang secara terus-menerus dalam
kesadaran masyarakat serta berfungsi dalam mengatur kehidupan masyarakat.
2. kearifan
lokal yang tumbuh di dalam masyarakat memiliki ciri yang spesifik, trkait
dengan pengelolaan lingkungan sebagai karifan lingkungan.
Kearifan lingkungan (ecological wisdom)
merupakan pengetahuan yang diperoleh dari abstraksi pengalaman adapatasi aktif
terhadap lingkungannya yang khas. Kearifan lingkungan yang diwujutkan ke dalam
3 bentuk tersebut dipahami, dikembangkan,dipedomani dan diwariskan secara turun
temurun oleh komunitas pendukungnya. Pengelolaan lingkungan secara arif dan
berkesinambungan itu dikembangkan mengingat pentingnya fungsi sosial lingkungan
untuk menjamin kelangsungan hidup masyatakat. Manfaat yang diperoleh manusia
dari lingkungan mereka, lebih-lebih kalau mereka berada pada taraf ekonomi
sub-sistensi, mengakibatkann orang merasa atau banyak tergantung kepada
lingkungan mereka.
Adapun cara menggali kearifan lingkungan
adalah Kesadaran untruk menganglkat dan menggali kembali pengetahuanlokal atau
kearifan budaya masyarakat teknik muncul karena kemajuan ekonomi dan sosial
masyarakat dunia sekarang telah diiringi oleh berbagai kerusakan lingkungan. Pengetahuan
yang sudah menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya, dan
diakpresikan di dalam tradisi dan mitos, yang dianut dalam jangka waktu cukup
lama inilah yang disebut ‘karifan budaya lokal’.
Beberapa
fungsi dan makna kearifan lokal yaitu:
l Untuk
obserfasi dan pelestarian sumber daya alam.
l Untuk
mengembangkan sumber daya manusia.
l Untuk
pengenbangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan
l Sebagai
petuah, kepercayaan, sastra dan pantangan
Sedangkan makna kearifan lingkungan adalah Makna sosial, misal
upacara integrasi kerabat,Makna etika dan moral, makna politik .
Contoh kearifan lingkungan
ü Kepercayaan
pada sumber air yang terdapat pohon
rindang dan besar atau gua yang seram ada penghuni gaib.
ü Kepercayaan
pada gunung yang di yakini sebagai tempat dimana orang bisa memperoleh kekayaan
duniawi.
Pada
penggalian kearifan lokal perlu dipahami beberapa hal agar kaerifan tersebut
dapat diterima dan ditaati yaitu:
l Kearifan
tersebut masih ada
l Kearifan
tersebut sesuai dengan perkembangan masyarakat
l Kearifan
tersebut sesuai dengan prinsip NKRI
l Keariafan
tersebut diataur denga undang-undang
Cara
mempertahankan kearifan lingkungan :
Kemajemukkan masyarakat Indonesia merupakan faktor
pendorong sekaligus kekuatan penggerakdalam penggelolaan lingkungan hidup
.Dalam beradaptasi terhadap lingkungan , kelompok-kelompok masyarakat tersebut
mengembangkan kearifan lingkungan sebagai hasil abstraksi penggalaman
penggelola lingkungan.
Keyakinan tradisional
mengandung sejumlah besar data impiris yang berhubungan dengan fenomena,dalam
hal ini keyakinan tradisional dipandang sebagai kearifan budaya lokal dan
merupakan sumber informasi empiris dan pengetahuan penting yang dapat
ditingkatkan untuk melengkapi dan memperkaya keseluruhan pemahaman ilmiah.
Kearifan tersebut banyak
berisikan gambar tentang anggapan masyarakat yang bersangkutan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan struktur lingkungan,misalnya bagaiman lingkungan
berfungsi,bagaimana reaksi alam terhadap tindakan manusia, serta
hubungan-hubungan (yang sebaiknya tercipta) antara manusia (masyarakat) dan
lingkungan alamnya. Penggalian terhadap kearifan budaya lokal ditujukan untuk
mengenal memahami fenoma alam melalui penelusuran informasi versi masyarakat
penggunanya.
Kearifan Lokal di
Masyarakat yang di dasari dari pengalaman dalam periode waktu panjang sehingga
tertanam keselarasan hidup dengan alam , memahami secara dalam karakter alam
dan kehidupannya diterapkan dalam menggelola alam merupakan cara untuk
mempertahankan kearifan lingkungan . Dengan memperhatikan kearifan lokal ,
paduan yang proposional akan terwujud kearifan lingkungan .Contoh
kegiatan kearifan lingkungan Kegiatan gotong –royong dalam pembuatan rumah adat
merupakan salah satu contoh kearifan lokal yang dipertahankan sebagai kearifan
lingkungan.
2. Kearifan Lokal di Kabupaten Sidenreng Rapppang
Kearifan
lokal merupakan sesuatu yang berkaitan secara spesifik dengan budaya tertentu
dan mencerminkan cara hidup masyarakat tertentu. Oleh karena itu,
penyebarluasan praktek-praktek kearifan lokal tertentu seringkali menjadi
tantangan. Prinsip-prinsip kearifan lokal dapat diterapkan di daerah lain,
tentu saja dengan penyesuaian budaya setempat. Penerapan kearifan lokal
merupakan sebuah proses dan menbutuhkan keterlibatan dari seluruh lapisan
masyarakat.
Kabupaten
Sidenreng Rappang disingkat dengan nama Sidrap adalah salah satu wilayah di
Sulawesi selatan Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.506,19 km2 dan
berpenduduk sebanyak kurang lebih 264.955 jiwa. Penduduk asli daerah ini adalah
yang ta'at beribadah dan memegang teguh tradisi saling menghormati dan tolong
menolong. Dimana-mana dapat dengan mudah ditemui bangunan masjid yang besar dan
permanen. Di daerah ini pernah hidup seorang Tokoh Cendikiawan Bugis yang cukup
terkenal pada masa Addatuang Sidenreng dan Addatuang Rappang (Addatuang =
semacam pemerintahan distrik di masa lalu) yang bernama.
Dia
bukan berasal dari kalangan keluarga istana, akan tetapi kepandaiannya dalam
tata hukum negara dan pemerintahan membuat namanya cukup tersohor. Sebuah
tatanan hukum yang sampai saat ini masih diabadikan di Sidenreng yaitu: Resopa
Tammangingngi Malomo Nalatei Pammase Dewata yang artinya, hanya dengan kerja
keras yang dilandasi dengan niat suci dan doa, rahmat Tuhan akan mudah
tercurah. Motto inilah yang dipegang oleh pemerintah dan masyarakat di
kabupaten sidenreng rappang dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Salah
satu kearifan lokal yang masih ada bahkan masih bertahan di Kabupaten Sidenreng
rappang singkatnya sidrap adalah agama lokal yang dikenal sebagai agama To Lotang Sidrap komunitas yang menganut Agama Lokal atau yang disebut
sebagai agama To Lotang. Mereka sebenarnya sudah mengenal Tuhan terlebih dahulu
dari agama pendatang yang mengaku-aku, bahwa merekalah yang memperkenalkan
konsep Tuhan kepada Masyarakat Bugis secara umum, sementara Agama-agama import
ini menyudutkan masyarakat yang ber-Agama To Lotang ini, sebagai Animisme dan
Dinamisme.
Ajaran Tolotang bertumpu pada 5
(lima) keyakinan, yakni :
1.
Percaya
adanya Dewata SeuwaE, yaitu keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa
2.
Percaya
adanya hari kiamat yang menandai berakhirnya kehidupan di dunia (Karena mungkin
Nenek Moyang Mereka mengalami proses tenggelamnya Atlantis Red.)
3.
Percaya
adanya hari kemudian, yakni dunia kedua setelah terjadinya kiamat (Dari
Nenek-nenek Moyang mereka yang selamat dari tenggelamnya Atlantis, mereka
mendapat kabar tersebut Red.)
4.
Percaya
adanya penerima wahyu dari Tuhan
5.
Percaya
kepada Lontara sebagai
kitab suci Penyembahan To Lotang kepada Dewata SeuwaE berupa penyembahan kepada
batu-batuan, sumur dan kuburan nenek moyang.
Pada
ajaran agama to lotang masyarakat yang masih mengadakan ritual adat yang mana
ini merupakan pesan dari leluhurnya Apabila ia telah tiada, maka anak cucunya harus
datang menziarahinya sekali setahun. Penyiraman minyak bau (berbau harum) oleh
Uwa, atraksi Massempe (permainan adu kekuatan kaki), yang kini hanya dilakukan
oleh anak-anak.
Semua
pengikut sealiran dari berbagai desa maupun kota, berkumpul denganBerpakaian Serba Putih-putih, Sarung dan
Tutup Kepala, Untuk Para Laki-laki, Sedangkan Untuk Perempuan Mengenakan
Pakaian Seperti Kebaya. Pada saat ritual, mereka duduk bersila di atas
tikar tradisional dengan penuh hikmat dan keheningan, serta konsentrasi
pemusatan jiwa dan raga kepada Sang Pencipta (Dewata SeuwaE). Selanjutnya
dilanjutkan dengan penyembahan oleh Uwatta, ditandai dengan penyiraman minyak
bau (minyak berbau wangi-wangian) pada Batu Leluhur yang sangat disakralkan, kemudian dilanjutkan
kegiatan Massempe.
Dari
aspek perekonomian pada ajaran agama To Lotang peran uwa ( panggilan untuk
tetua) sangat
dominan dan berpengaruh dalam membangun etos kerja Towani Tolotang. Masayarakat Towani
Tolotang selalu meminta petuah dari uwa’ sebelum melakukan aktivitas perekonomian.
kepemimpinan uwa’ dalam hubungannya dengan motivasi kerja masyarakat Towani
Tolotang sangat signifikan pengaruhnya. Perbedaannya dengan tulisan
sebelumnya terletak pada fokus persoalan kepemimpinan yang dikaji.uwa’ sebagai
pemimpin, sangat mempengaruhi motivasi dan disiplin kerja masyarakat Tolotang.
Apapun yang dilakukan oleh Towani Tolotang sangat tergantung pada instruksi uwa’.
Ketergantungan Towani Tolotang terhadap pemimpin sangat kental. Pemimpin selalu
terlibat dalam setiap aktivitas perekonomian Towani Tolotang.
0 komentar: