Prinsip bljr
Beberapa
prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi
pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut :
1.
Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang
terjadi sebelumnya.
2.
Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah
pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3.
Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang
frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4.
Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan
ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
5.
Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu
yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6.
Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan
ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7.
Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan
balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
8.
Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat
dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9.
Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang
lebih sederhana.
10.
Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi
tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11.
Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju
dengan cepat ada yang lebih lambat.
12.
Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan
kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk
membuat respon yang benar.
Prinsip-prinsip belajar berikut ini dikemukakan
oleh para ahli bidang psikologi pendidikan (Sagala, 2011):
1. Law of effect yaitu bila hubungan antara
stimulus dengan respon terjadi dan diikuti dalam keadaan memuaskan, maka
hubungan itu diperkuat.
2. Spread of effect yaitu reaksi emosional yang
emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama
pemberi kepuasan, tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru.
3. Law of exercise yaitu hubungan antara
perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, sebaliknya hubungan
itu melemahkan jika dipergunakan.
4. Law of readiness yaitu bila satuan-satuan dalam
sistem syaraf telah siap berkonduksi, dan hubungan itu berlangsung, maka
terjadinya hubungan itu akan memuaskan.
5. Law of primacy yaitu hasil belajar yang
diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.
6. Law of intensity yaitu belajar memberi makna
yang dalam apabila diupayakan melalui kegiatan yang dinamis.
7.
Law of recency yaitu bahan yang baru dipelajari akan lebih mudah diingat.
8.
Fenomena kejenuhan
9. Belongingness yaitu keterikatan bahan yang
dipelajari pada situasi belajar akan mempermudah berubahnya tingkah laku.
Prinsip belajar menurut ilmu Jiwa
Gestalt, antara lain:
a) Manusia
bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan melalui intelek, emosi, sosial,
fisik dan sebagainya.
b) Belajar
adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
c) Manusia berkembang secara keseluruhan, lengkap dengan semua
aspekaspeknya.
d) Belajar
adalah perkembangan ke arah deferensiasi.
e) Belajar
akan berhasil jika telah ada kematangan untuk memperoleh insigt.
f) Tidak mungkin ada kegiatan belajar tanpa ada kemauan untuk belajar,
atau motivasi yang menggerakkan seluruh organisme,
g) Belajar
itu merupakan proses aktif, bukan mengisi bejana.
Prinsip-prinsip
Belajar
1) Belajar
pada hakekatnya berkaitan dengan potensi manusiawi dan kelakuannya.
2) Belajar
memerlukan proses dan pentahapan, serta kematangan si pembelajar
3) Belajar
lebih mantap dan efektif, bila didorong oleh motivasi terutama motivasi dan
dalam diri akan berbeda dengan belajar karena terpaksa, belajar karena takut.
4) Dalam
banyak hal, belajar merupakan proses coba-coba dengan kemungkinan keliru, dan
pembiasaan atau conditioning.
5) Kemampuan
belajar seseorang harus diperhitungkan dalam menentukan isi pelajaran.
6) Belajar
dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni:
a) diajar secara langsung, b) kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman
langsung, misalnya belajar bicara, sopan santun dan lain-lain. Dan c)
Pengenalan dan atau peniruan
7) Belajar
melalui praktik atau mengalami langsung akan lebih efektif daripada dengan
menghafal
8) Pengalaman
banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
9) Bahan
belajar yang bermakna lebih mudah dan menarik untuk dipelajari dibandingkan
bahan yang kurang bermakna.
10) Infomasi tentang kelakuan baik,
pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan belajar, banyak membantu kelancaran
dan gairah siswa.
11) Belajar sedapat mungkin diubah ke
dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga yang belajar dapat berdialog dengan
dirinya atau mengalami sendiri.
Jenis-jenis belajar
Robert
M. Gagne
Manusia
memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu
banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan
tipe belajar :
1.
Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi
sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam
konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang
memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan
diangkat kemudian diturunkan.
2.
Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap
stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement)
sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru
memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian
ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.
3.
Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat
gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam
urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal
membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
4.
Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar
menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau
kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya
yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek
tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.
5.
Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang
berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang
guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang
mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian
dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka
ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
6.
Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau
menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep.
(konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami
sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek
uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.
7.
Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk
menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep.
Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya
yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas
yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa
tidak mengulangi kesalahannya.
8.
Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar
yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk
kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru
memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak
mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.
Jenis-jenis belajar
Belajar sebagai suatu aktivitas mencakup berbagai jenis-jenis
belajar, yaitu:
a.
Belajar bagian, yaitu peserta didik belajar
dengan membagi-bagi materi pelajaran kedalam bagian-bagian agar mudah
dipelajari untuk memahami makna materi pelajaran secara keseluruhan.
b.
Belajar dengan wawasan, yaitu belajar yang
berdasar pada teori wawasan yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses
mereorganisasikan pola-pola perilaku yang terbentuk menjadi satu tingkah laku
yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
c.
Belajar deskriptif yaitu suatu usaha untuk
memilih beberapa sifat situasi rangsangan dan kemudian menjadikannya sebagai
pedoman dalam berperilaku.
d.
Belajar secara global adalah individu
mempelajari secara keseluruhan bahan pelajaran lalu dipelajari secara berulang
untuk dikuasai.
e.
Belajar incidental yaitu proses yang terjadi
secara sewaktu-waktu tanpa adanya petunjuk yang diberikan oleh guru sebelumnya.
f.
Belajar instrumental adalah proses belajar yang
terjadi karena adanya hukuman dan hadiah dari guru sebagai alat untuk
menyukseskan aktivitas peseta didik.
g.
Belajar intensional ialah belajar yang
memilikii arah, tujuan, dan petunjuk yang dijelaskan oleh guru.
h.
Belajar laten adalah belajar yang ditandai
dengan perubahan-perubahan perilaku yang terlihat tidak terjadi dengan segera.
i.
Belajar mental adalah perubahan kemungkinan
tingkah laku yang terjadi pada individu tidak nyata terlihat, melainkan hanya
berupa perubahan proses kognitif dari bahan yang dipelajari.
j.
Belajar produktif ialah belajar dengan transfer
meksimum.
k.
Belajar verbal adalah belajar dengan materi
verbal dengan melalui proses latihan dan proses ingatan.[20]
Tujuan beljar
Tujuan
pembelajaran
adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan yang secara
psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati
melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya
hidupnya.
Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku
sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:
1. Ranah kognitif berkaitan
dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan
masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati &
Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang
tinggi, yakni:
a. Pengetahuan
(knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan
tersimpan dalam ingatan.
b. Pemahaman
(comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang
dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:
1) Translasi, yaitu
kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk lain.
2) Interpretasi, yaitu
kemampuan merumuskan pandangan baru
3) Ekstrapolasi, yaitu
kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar data
yang diberikan
c. Penerapan
(aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata
dan baru.
d. Analisis (analysis),
meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga
struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula dibedakan
atas tiga jenis, yakni:
1) Analisis elemen, yaitu
kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu masalah atau
dari suatu bagian besar.
2) Analisis relasi, yaitu
kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen dalam suatu
struktur.
3) Analisis organisasi,
yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur kompleks.
e. Sintesis
(synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan
unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru.
Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas:
1) Memproduksi komunikasi
unik, lisan atau tulisan
2) Mengembangkan rencana
atau sejumlah aktivitas
3) Menurunkan sekumpulan
relasi-relasi abstrak
f. Evaluasi
(evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau
beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu.
2. Ranah afektif berkaitan
dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial.
Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971) terdiri dari 5
jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks,
yakni:
a. Penerimaan
(reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli
tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk
memperhatikan hal tersebut.
b. Pemberian respon (responding)
yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena atau stimuli.
c. Penilaian atau
penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau
pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.
d. Organisasi
(organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan
keterhubungan diantara nilai-nilai.
e. Karakterisasi,
yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.
3. Ranah psikomotor
mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual
dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman &
Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:
a. Persepsi
(perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih
berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing
perangsang.
b. Kesiapan melakukan suatu
pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan
terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c. Gerakan terbimbing
(mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak
peniruan.
d. Gerakan terbiasa,
meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, karena
sudah dilatih sebelumnya.
e. Gerakan kompleks
(complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan atau
keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan
efisien.
f. Penyesuaian pola
gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian
pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
g. Kreativitas, meliputi
kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa dan
inisiatif sendiri.
Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan
bahwa siswa yang telah melakukan tugas belajar yang umumnya meliputi
pengetahuan,keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai
oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.
Posted in :
Materi penyuluhan
0 komentar: