Selasa, 13 Agustus 2013

Prinsip bljr
Beberapa prinsip pembelajaran dikemukakan oleh Atwi Suparman dengan mengadaptasi pemikiran Fillbeck (1974), sebagai berikut :
1. Respon-respon baru (new responses) diulang sebagai akibat dari respon yang terjadi sebelumnya.
2. Perilaku tidak hanya dikontrol oleh akibat dari respon, tetapi juga di bawah pengaruh kondisi atau tanda-tanda dilingkungan siswa.
3. Perilaku yang timbul oleh tanda-tanda tertentu akan hilang atau berkurang frekuensinya bila tidak diperkuat dengan akibat yang menyenangkan.
4. Belajar yang berbentuk respon terhadap tanda-tanda yang terbatas akan ditransfer kepada situasi lain yang terbatas pula.
5. Belajar menggeneralisasikan dan membedakan adalah dasar untuk belajar sesuatu yang kompleks seperti yang berkenaan dengan pemecahan masalah.
6. Situasi mental siswa untuk menghadapi pelajaran akan mempengaruhi perhatian dan ketekunan siswa selama proses siswa belajar.
7. Kegiatan belajar yang dibagi menjadi langkah-langkah kecil dan disertai umpan balik menyelesaikan tiap langkah, akan membantu siswa.
8. Kebutuhan memecah materi kompleks menjadi kegiatan-kegiatan kecil dapat dikurangi dengan mewujudkan dalam suatu model.
9. Keterampilan tingkat tinggi (kompleks) terbentuk dari keterampilan dasar yang lebih sederhana.
10. Belajar akan lebih cepat, efisien, dan menyenangkan bila siswa diberi informasi tentang kualitas penampilannya dan cara meningkatkannya.
11. Perkembangan dan kecepatan belajar siswa sangat bervariasi, ada yang maju dengan cepat ada yang lebih lambat.
12. Dengan persiapan, siswa dapat mengembangkan kemampuan mengorganisasikan kegiatan belajarnya sendiri dan menimbulkan umpan balik bagi dirinya untuk membuat respon yang benar.

Prinsip-prinsip belajar berikut ini dikemukakan oleh para ahli bidang psikologi pendidikan (Sagala, 2011):
1. Law of effect yaitu bila hubungan antara stimulus dengan respon terjadi dan diikuti dalam keadaan memuaskan, maka hubungan itu diperkuat.
2. Spread of effect yaitu reaksi emosional yang emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru.
3. Law of exercise yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, sebaliknya hubungan itu melemahkan jika dipergunakan.
4. Law of readiness yaitu bila satuan-satuan dalam sistem syaraf telah siap berkonduksi, dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya hubungan itu akan memuaskan.
5. Law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.
6. Law of intensity yaitu belajar memberi makna yang dalam apabila diupayakan melalui kegiatan yang dinamis.
7. Law of recency yaitu bahan yang baru dipelajari akan lebih mudah diingat.
8. Fenomena kejenuhan
9. Belongingness yaitu keterikatan bahan yang dipelajari pada situasi belajar akan mempermudah berubahnya tingkah laku.
Prinsip belajar menurut ilmu Jiwa Gestalt, antara lain:
a)           Manusia bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan melalui intelek, emosi, sosial, fisik dan sebagainya.
b)          Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
c)           Manusia berkembang secara keseluruhan, lengkap dengan semua aspekaspeknya.
d)          Belajar adalah perkembangan ke arah deferensiasi.
e)           Belajar akan berhasil jika telah ada kematangan untuk memperoleh insigt.
f)  Tidak mungkin ada kegiatan belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, atau motivasi yang menggerakkan seluruh organisme,
g)           Belajar itu merupakan proses aktif, bukan mengisi bejana.

Prinsip-prinsip Belajar
1)          Belajar pada hakekatnya berkaitan dengan potensi manusiawi dan kelakuannya.
2)          Belajar memerlukan proses dan pentahapan, serta kematangan si pembelajar
3)          Belajar lebih mantap dan efektif, bila didorong oleh motivasi terutama motivasi dan dalam diri akan berbeda dengan belajar karena terpaksa, belajar karena takut.
4)          Dalam banyak hal, belajar merupakan proses coba-coba dengan kemungkinan keliru, dan pembiasaan atau conditioning.
5)          Kemampuan belajar seseorang harus diperhitungkan dalam menentukan isi pelajaran.
6)          Belajar dapat dilakukan dengan tiga cara, yakni:  a) diajar secara langsung, b) kontrol, kontak, penghayatan, pengalaman langsung, misalnya belajar bicara, sopan santun dan lain-lain. Dan c) Pengenalan dan atau peniruan
7)          Belajar melalui praktik atau mengalami langsung akan lebih efektif daripada dengan menghafal
8)          Pengalaman banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.
9)          Bahan belajar yang bermakna lebih mudah dan menarik untuk dipelajari dibandingkan bahan yang kurang bermakna.
10) Infomasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan serta keberhasilan belajar, banyak membantu kelancaran dan gairah siswa.
11) Belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas, sehingga yang belajar dapat berdialog dengan dirinya atau mengalami sendiri.

Jenis-jenis belajar

Robert M. Gagne
Manusia memilki beragam potensi, karakter, dan kebutuhan dalam belajar. Karena itu banyak tipre-tipe belajar yang dilakukan manusia. Gagne mencatat ada delapan tipe belajar :
1. Belajar isyarat (signal learning). Menurut Gagne, ternyata tidak semua reaksi sepontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respon.dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.
2. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respon yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk perilaku tertentu (shaping). Contohnya yaitu seorang guru memberikan suatu bentuk pertanyaan atau gambaran tentang sesuatu yang kemudian ditanggapi oleh muridnya. Guru member pertanyaan kemudian murid menjawab.
3. Belajar merantaikan (chaining). Tipe ini merupakan belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
4. Belajar asosiasi verbal (verbal Association). Tipe ini merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu obyek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaikan sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.
5. Belajar membedakan (discrimination). Tipe belajar ini memberikan reaksi yang berbeda–beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
6. Belajar konsep (concept learning). Belajar mengklsifikasikan stimulus, atau menempatkan obyek-obyek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.
7. Belajar dalil (rule learning). Tipe ini meruoakan tipe belajar untuk menghasilkan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan beberapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.
8. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe ini merupakan tipe belajar yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbentuk kaedah yang lebih tinggi (higher order rule). Contohnya yaitu seorang guru memberikan kasus atau permasalahan kepada siswa-siswanya untuk memancing otak mereka mencari jawaban atau penyelesaian dari masalah tersebut.
Jenis-jenis belajar
Belajar sebagai suatu aktivitas mencakup berbagai jenis-jenis belajar, yaitu:
a.       Belajar bagian, yaitu peserta didik belajar dengan membagi-bagi materi pelajaran kedalam bagian-bagian agar mudah dipelajari untuk memahami makna materi pelajaran secara keseluruhan.
b.      Belajar dengan wawasan, yaitu belajar yang berdasar pada teori wawasan yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses mereorganisasikan pola-pola perilaku yang terbentuk menjadi satu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
c.       Belajar deskriptif yaitu suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi rangsangan dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam berperilaku.
d.      Belajar secara global adalah individu mempelajari secara keseluruhan bahan pelajaran lalu dipelajari secara berulang untuk dikuasai.
e.       Belajar incidental yaitu proses yang terjadi secara sewaktu-waktu tanpa adanya petunjuk yang diberikan oleh guru sebelumnya.
f.       Belajar instrumental adalah proses belajar yang terjadi karena adanya hukuman dan hadiah dari guru sebagai alat untuk menyukseskan aktivitas peseta didik.
g.      Belajar intensional ialah belajar yang memilikii arah, tujuan, dan petunjuk yang dijelaskan oleh guru.
h.      Belajar laten adalah belajar yang ditandai dengan perubahan-perubahan perilaku yang terlihat tidak terjadi dengan segera.
i.        Belajar mental adalah perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi pada individu tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa perubahan proses kognitif dari bahan yang dipelajari.
j.        Belajar produktif ialah belajar dengan transfer meksimum.
k.      Belajar verbal adalah belajar dengan materi verbal dengan melalui proses latihan dan proses ingatan.[20]

Tujuan beljar
Tujuan pembelajaran adalah perubahan prilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan yang secara psikologis akan tampil dalam tingkah laku (over behaviour) yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya.
Benyamin S Bloom, menggolongkan bentuk tingkah laku sebagai tujuan belajar atas tiga ranah, yakni:
1.      Ranah kognitif berkaitan dengan perilaku yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif menurut Bloom, et.al (Winkel, 1999; Dimyati & Modjiono, 1994) dibedakan atas 6 tingkatan dari yang sederhana hingga yang tinggi, yakni:
a.       Pengetahuan (knowledge), meliputi kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
b.      Pemahaman (comprehension), meliputi kemampuan menangkap arti dan makna dari hal yang dipelajari. Ada tiga subkategori dari pemahaman, yakni:
1)      Translasi, yaitu kemampuan mengubah data yang disajikan dalam suatu bentuk ke dalam bentuk lain.
2)      Interpretasi, yaitu kemampuan merumuskan pandangan baru
3)      Ekstrapolasi, yaitu kemampuan meramal perluasan trend atau kemampuan meluaskan trend di luar data yang diberikan
c.       Penerapan (aplication), meliputi kemampuan menerapkan metode dan  kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
d.      Analisis (analysis), meliputi kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Analisis dapat pula dibedakan atas tiga jenis, yakni:
1)      Analisis elemen, yaitu kemampuan mengidentifikasi dan merinci elemen-elemen dari suatu masalah atau dari suatu bagian besar.
2)      Analisis relasi, yaitu kemampuan mengidentifikasi relasi utama antara elemen-elemen dalam suatu struktur.
3)      Analisis organisasi, yaitu kemampuan mengenal semua elemen dan relasi dari struktur kompleks.
e.       Sintesis (synthesis), meliputi kemampuan membentuk suatu pola baru dengan memperhatikan unsur-unsur kecil yang ada atau untuk membentuk struktur atau sistem baru. Dilihat dari segi produknya, sintesis dapat dibedakan atas:
1)      Memproduksi komunikasi unik, lisan atau tulisan
2)      Mengembangkan rencana atau sejumlah aktivitas
3)      Menurunkan sekumpulan relasi-relasi abstrak
f.       Evaluasi (evaluation), meliputi kemampuan membentuk pendapat tentang sesuatu atau beberapa hal dan pertanggungjawabannya berdasarkan kriteria tertentu.
2.      Ranah afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat, aspirasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah efektif menurut Karthwohl dan Bloom (Bloom.,et.al,1971) terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga yang kompleks, yakni:
a.       Penerimaan (reseving) yakni sensitivitas terhadap keberadaan fenomena atau stimuli tertentu, meliputi kepekaan terhadap hal-hal tertentu, dan kesediaan untuk memperhatikan hal tersebut.
b.      Pemberian respon (responding) yakni kemampuan memberikan respon secara aktif terhadap fenomena atau stimuli.
c.       Penilaian atau penentuan sikap (valuing) yakni kemampuan untuk dapat memberikan penilaian atau pertimbangan terhadap suatu objek atau kejadian tertentu.
d.      Organisasi (organization), yakni konseptualisasi dari nilai-nilai untuk menentukan keterhubungan diantara nilai-nilai.
e.       Karakterisasi, yakni kemampuan yang mengacu pada karakter dan gaya hidup seseorang.
3.      Ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual dan motorik. Ranah psikomotor menurut Simpson (Winkel, 1999;Fleishman & Quaintance, 1984) dapat diklasifikasikan atas:
a.       Persepsi (perception), meliputi kemampuan memilah-milah 2 perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing perangsang.
b.      Kesiapan melakukan suatu pekerjaan (set), meliputi kemampuan menempatkan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
c.       Gerakan terbimbing (mechanism), meliputi kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerak peniruan.
d.      Gerakan terbiasa, meliputi kemampuan melakukan suatu rangkaian gerakan dengan lancar, karena sudah dilatih sebelumnya.
e.       Gerakan kompleks (complex overt response), meliputi kemampuan untuk melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen secara lancar, tepat, dan efisien.
f.       Penyesuaian pola gerakan (adaptation), meliputi kemampuan mengadakan perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan khusus yang berlaku.
g.      Kreativitas, meliputi kemampuan melahirkan pola gerak-gerik yang baru atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.


Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa yang telah melakukan tugas belajar yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan, dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses belajar.

0 komentar:

Copyright © 2012 aah iwooo ( j-frog ) | Another Theme | Designed by Johanes DJ